Jakarta – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Sugiono, menegaskan bahwa krisis iklim bukan lagi ancaman belaka.
Menurutnya, kekeringan, banjir, dan kenaikan permukaan laut menjadi peringatan nyata dari alam yang menuntut tindakan kolektif umat manusia.
“Krisis iklim bukan lagi sebuah ancaman belaka, mereknya nyata. Kita semua bisa melihat kekeringan, banjir, dan kenaikan permukaan laut yang menjadi pertanda nyata dari alam,” ujarnya, saat menghadiri Indonesia Internasional Sustainable Forum 2025, dilansir dari laman RRI, Sabtu (11/10/25).
Ia menjelaskan, percepatan transisi energi bersih mendorong meningkatnya kebutuhan mineral penting seperti nikel, kobalt, dan litium. Bahkan, Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi permintaan mineral penting meningkat hingga empat kali lipat pada tahun 2040.
Menariknya, sebagian besar sumber daya itu berada di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Yang kini memiliki peluang besar untuk memainkan peran penting dalam rantai pasok global energi hijau.
“Ini akan membawa peluang dan tanggung jawab untuk mengelola sumberdaya kita dengan bijak. Untuk memastikan nilai yang adil, dan untuk mempromosikan keberlanjutan yang bermanfaat bagi semua,” ujarnya.
Lebih lanjut, pemerintah menegaskan komitmennya untuk memastikan transisi energi di Indonesia berjalan secara adil, inklusif, dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Indonesia telah mengambil langkah berani dengan memanfaatkan potensi mineral kritis untuk mendukung dekarbonisasi global.
Salah satunya melalui kebijakan hilirisasi, pemerintah berupaya menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Yakni dengan membangun industri, mengembangkan keterampilan tenaga kerja, serta mendorong inovasi untuk memperkuat kemandirian bangsa.
“Implementasi emisi nol akan diproyeksikan tahun 2026, dengan membangun 80.000 pembangkit listrik tenaga surya. Yang kemudian akan menyediakan hingga 100 gigawatt listrik berkelanjutan,” jelasnya.
Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (Meninves/Kepala BKPM), Rosan Roeslani, mengatakan bahwa potensi energi terbarukan Indonesia, dapat mencapai ribuan gigawat (Gw).
“Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Energi tersebut mencapai hampir 3.700 gigawatt,” ujarnya, Jumat (10/10/25).
Untuk itu ia mengajak seluruh pihak untuk dapat berkolaborasi dalam pengembangan energi terbarukan yang dimiliki Indonesia. Kepala BKPM menyebutkan bahwa, kekayaan energi terbarukan Indonesia, yang perlu dikelola yakni pada sektor kekayaan energi alam.
Meninves/Kepala BKPM, juga menekankan, bahwa dalam pengembangan potensi energi terbarukan itu, harus pula memperhatikan kondisi lingkungan sekitar.
Dengan kolaborasi pengembangan potensi energi terbarukan, ia mengatakan dapat memberikan kepastian akan keberlanjutan pembangunan dan iklim investasi.(hp/rd)